April 7, 2014

Seandainya

Perkara keberanian, aku berharap seperti Vladimir Putin, presiden Rusia yang berani mengeluarkan kebijakan pelarangan beredarnya Dolar Amerika di negaranya. Aku berharap memperjuangkan nama baikmu seperti ia menjaga nama baik negaranya. Padahal ia tahu akan ada bencana besar di depan yang menanti dengan kebijakannya itu, tapi ia berani dengan tindakannya.

Seandainya aku adalah Vladimir Putin, mungkin aku sudah menyatakan apa yang ada di dalam dada tanpa menghiraukan ketakutan-ketakutan akan ditolak atau semacamnya. Tapi sayangnya, aku adalah Chairil Anwar yang mencintai Sri Ayati dengan berani sampai akhir hayatnya tanpa sedikitpun mengucapkan cinta karena tidak memiliki keberanian.

***
Andai saja pikiranku sependek pikiran Megawati Soekarno Putri yang dengan mudahnya menjual murah gas alam dalam kontrak LNG Tangguh ke China tanpa pikir panjang. Aku berharap memiliki pikiran "yang penting masalah selesai' tanpa berpikir apa-apa akibat ke depannya.

Seandainya aku adalah Megawati, mungkin hari ini aku sudah begitu lega karena sudah menyatakan kegelisahan dan mengabaikan reaksi-reaksi apa yang akan muncul ketika aku mengatakannya kepadamu. Yang penting semua sudah tersampaikan.

Sayangnya, aku hanyalah Susilo Bambang Yudhoyono yang pendiam dan sering kali mengeluarkan jawaban-jawaban normatif. Tapi kamu tidak akan pernah tau bagaimana rasanya jadi aku karena pergolakan hebat ada di dalam kepalaku. Yang kamu tahu, aku diam dan menonton. 

***
Andai saja aku adalah orang yang pertama kali menjajahmu seperti Neil Amstrong yang mendaratkan kakinya pertama kali ke bulan. Pastinya, aku adalah orang yang akan selalu kamu ingat selalu karena denganku hal-hal baru pertama kali kamu lakukan.

Seandainya aku adalah Neil Armstrong, mungkin hari ini kamu akan mengingatku setiap kali kamu mulai menulis. Sayangnya, aku adalah Dante Alighieri yang mencintai Beatrice sedari kecil yang kemudian melihat Beatrice menikah dengan cintanya. Dante yang tidak pernah mendapatkan apapun sampai usia menutup cintanya. Dante yang sajak-sajaknya mendunia tapi cintanya hanya bisa ia raih sedekap pelukannya. Mungkin aku adalah Dante, yang tidak bisa mendapatkanmu di kesempatan pertama atau selanjutnya.

***
Andai saja aku adalah Jokowi yang dapat berjanji dan dikendalikan. Aku akan berjanji untuk setia, mencintai, dan berusaha yang terbaik seperti janjinya pada Jakarta waktu itu.  Aku harap aku dapat dengan mudah blusukan ke hari-harimu. Aku akan memberikan harapan-harapan untuk meyakinkanmu demi sebuah kemenangan hati sebagaimana Jokowi melakukannya.

Seandainya saja aku memiliki kelebihan seperti Jokowi. Nyatanya, lidahku kelu tiap-tiap aku ingin bersumpah atas namamu. Takut-takut nantinya mengecewakan dan malah membuat hatimu sakit lalu menderita.

Sayangnya, aku adalah Summer di film 500 Days of Summer yang begitu percaya diri akan kehidupan mandiri dan tidak ingin berkomitmen apalagi mengumbar-ngumbar janji. Aku tidak bisa memberikan kabar untuk hari esok dan membuat kemungkinan-kemungkinan yang masih mungkin terjadi. Takut memiliki nama di atas hubungan karena takut akan pertanggungjawaban si lidah di hari nanti. Padahal nyatanya, aku begitu mengagungkan cinta dan begitu menginginkan pernikahan.

***
Andai saja aku secerdas Pidi Baiq yang menjawab hal-hal rumit menjadi begitu sederhana. Pastinya, aku akan memukaumu dengan kepiawaianku dan membuatmu tertarik kepadaku. Aku akan memberikan jawaban-jawaban terbaik yang tidak pernah terpikir olehmu dan setelahnya kau akan begitu kagum kepadaku.

Sayangnya, aku tidak pandai berfilsafat dan mencari cela. Mungkin aku adalah  Aan Mansyur yang tidak sebegitu menawan dan lebih memilih mengingat Kukila lewat kenangan-kenangan melalui sajak-sajak. Membingkai Kukila dalam senja dan sepi lalu menyendiri sampai hari ini dan masih belum tahu apa yang akan masa depan beri.

***
Andai sabarku seperti Fatimah yang menuliskan rindunya dalam doa-doa pengharapan kepada Illahi dan menjaganya tetap dalam imannya. Andai saja aku adalah Fatimah yang memiliki cinta yang suci, yang ia kunci rapat sendiri, dan hanya dikabarkan pada Sang Pemilik Hati. Andai saja aku Fatimah yang akhirnya memenangkan hati Ali. Sampai akhirnya, cinta menuntun cinta untuk dipertemukan atas nama cinta. 

Sayangnya, aku adalah aku yang tidak tau harus berbuat apa. Yang kadang aku sendiri tidak tahu harus memintamu atau yang terbaik menurutNya. Dengan lugunya aku memintamu untuk menjadi yang terbaik menurut pilihanNya. Dan sayangnya sampai saat ini aku hanya bisa menyayangimu, dan untuk saat ini, hanya itu yang bisa aku lakukan. 

***

No comments: