April 13, 2014

Ja(karta)lanan Movie

Oke, pertama-pertama mari kita panjatkan puji dan syukur yang sebanyak-banyaknya kepada Allah SWT karena telah memberikan kesempatan buat gue nonton @JalananMovie hari ini. Ditambah lagi, Sang Maha Yang Selalu Kasihan Kepada Hambanya memberikan seorang teman untuk menemani gue nonton. Ya gak krik-krik banget lah jadinya.

Minggu, 13 April 2014 pukul 14.45 gue nonton Jalanan. Setiap adegan yang dimainin di situ rasanya dekettt banget sama keseharian gue yang suka naik 213. Iya, gue suka naik bis.

Banyak orang yang ‘gerah’ dengan kondisi angkutan umum, apalagi bis-bis kota seperti PPD, Metro Mini, Kopaja, dan sejenisnya. Namun, itu semua gak berlaku buat gue. Entah kenapa, ‘gerah’ yang gue alamin di dalam bis membawa sensasi yang berbeda. Gelantungan, himpit-himpitan, merasakan keringat tangan lepek tetangga sebelah, adu pantat dengan kernet bis, nyanyian suara-suara pengamen, teriakan meminta memaksa anak-anak gelandangan, belum lagi lari-lari lucu kalo bisnya udah padet dan gak mau berhenti. Lika-liku kehidupan di dalam bis. Gue menyukai itu semua! Cie gitu.

Di 213, nempelin pipi di kaca bis (kalo lagi untung dapet tempat duduk), melihat Jakarta dengan kerlap-kerlip lampunya yang terang, ngelewatin Bunderan HI-Sudirman, ngedengerin lagu lewat earphone sambil baca buku, hiburan pengamen malam yang luar biasa, didukung dengan udara malam yang adem-gerah-pengap. Gue nyebut ini sebagai penutup hari yang sempurna. *cring* *jentikkin jari a la pesulap*

Balik lagi ke Jalanan Movie. 

Tuhan memang Maha Sutradara.

Waktu nonton ini, gue jadi banyak mikir buat masa depan. Serius. Gue bener-bener mau nyelesaiin skripsi gue rasanya. Terus kerja seadanya tapi bisa bermanfaat buat temen-temen di jalanan. Pengen rasanya jadi orang yang bisa ada sama mereka dan ngebantuin mereka ngejalanin hidup yang keras, yang mungkin mereka sendiri kadang gak mau milih kayak gitu.

Gue bukan orang yang selalu ada. Sedikit banyak gue tau susahnya nyari uang dan rumah buat tempat tinggal. Gue bukan orang yang selalu bisa ngambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang gue alamin, tapi tadi pas gue nonton itu, drama kehidupan gue tiba-tiba muter sendiri di studio lain, dan gue bersyukur bisa ngejalanin semuanya dan belajar dari situ.

Saat-saat di dalem bis, saat gue begitu dekat dengan jalan (baca: realita), gue jadi lebih sering mikir dan merendahkan hati. Kadang mikirin orang-orang yang di dalem mobil, orang-orang yang masih lembur yang gue liat dari lampu kantor di gedungnya yang masih nyala, recehan yang diitung berkali-kali sama anak-anak pengamen, ibu-ibu yang kerjaannya ngedumel setiap kali ada yang nyenggol, atau mba-mba kantoran yang walaupun berdiri gelantungan jarinya masih tetep nge-hits nge-chat pake hape touch screen-nya. Jalanan Movie ini menjawab salah satu pertanyaan gue, “keseharian mereka gimana sih?” Dan digambarkan dengan baik. Terima kasih, Daniel.

Sebagai seorang yang suka naik bis, gue salah satu orang yang akan ngelepas earphone dan memberikan perhatian penuh pada mereka-mereka yang ngamen di dalem bis. Entah itu mau bagus apa enggak. Ada hal yang menurut gue lebih penting dari uang receh yang bakal mereka dapet nantinya, mereka mau didengar. Karena itu mereka terus nyanyi, buat puisi, atau bikin karya-karya lain. Mereka mau perhatian kita wahai kalian orang-orang-yang-bisa-tidur-di-kasur-yang-empuk-dan-gak-bingung-besok-mau-makan-apa!

Pada akhirnya, film ini bener-bener berhasil membulatkan kebencian gue kepada semua pemegang kekuasaan yang seenak jidat. Dan satu hal yang sering banget ngeganggu akhir-akhir ini adalah para pemimpin di negara ini. Apakah terlalu kasar kalo gue nyebut mereka BAJINGAN? Gue minta maaf kalo bahasanya terlalu kasar tapi gue bingung dengan apalagi menggambarkan mereka. Sistem yang ngebuat orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Mereka harus turun ke jalan! Mereka harus liat pake hati! Bukan pake kepentingan dan rating pencitraan! Mereka harusnya bisa bergerak dan melakukan sesuatu buat rakyat! Akh! Tolonggggg..... aku emosi !@#$%^&**()0_=

Untuk ke sekian kalinya gue bersyukur bisa nonton Jalanan. Entah berapa banyak ser-ser-Alhamdulillah-Astaghfirullah-Hahaha-Hihihi dan sebutan-sebutan lainnya yang keluar dari mulut gue.

Akhir kata, overall, gue suka nonton film ini. Ya buat kalian yang mau meningkatkan rasa prihatin kalian, coba deh nonton terus turun ke jalan (bukan demo). Sekian dan tolong cintai Jakarta sebagaimana cintanya Jakarta kepada kalian yang terus menggendutkan perut-perut kalian.



Samlekum.

I Miss You, Bodoh

And so I tried my best when I took the fall
To get right back up, back in your arms
If you're out here why do I miss you so much
I feel like I had it all
Back before I lost it all
Now I just wait for you to talk to me 
– Stars, Fun.


Dan aku mulai takut terbawa cinta
Menghirup rindu yang sesakkan dada 
– Ruang Rindu, Letto


Terlalu bodoh untuk diriku
Menahan berat jutaan rindu
Apalagi menahan egoku 
– Bila Kau Tak Disampingku, Sheila On 7


Betapa pilunya rindu menusuk jiwaku
Semoga kau tau isi hatiku
Dan seiring waktu yang terus berputar
Aku masih terhanyut dalam mimpiku 
– Menanti Sebuah Jawaban, Padi


Well I wish that you would call me right now
So that I could get through to you somehow
But I guess it’s safe to say baby safe to say
That I’m officially missing you 
– Officially Missing You, Tamia


Close your eyes and I'll kiss you
Tomorrow I'll miss you
Remember I'll always be true
And then while I'm away
I'll write home every day
And I'll send all my loving to you 
– All My Loving, The Beatles


Don't you know that here or there or anywhere
I need your touch, so much
Well I miss you every night and day and I can't get enough 
– Get In Touch, Firehouse


Kata orang rindu itu indah
Namun bagiku ini menyiksa
Sejenak ku pikirkan untuk kubenci saja dirimu
Namun, sulitku membenci.
– Bimbang, Melly Goeslaw


The stars lean down to kiss you
And I lie awake and miss you
Pour me a heavy dose of atmosphere
'Cause I'll doze off safe and soundly
But I'll miss your arms around me
I'd send a postcard to you, dear
'Cause I wish you were here
- Vanilla Twilight, Owl City


Come back and tell me why
I’m feeling like I’ve missed you all this time
Meet me there tonight
Let me know that it’s not all in my mind.
– Everything Has Changed, Taylor Swift ft Ed Sheeran



Will you come home and stop this pain tonight? I miss you.
– I Miss You, Blink 182

April 7, 2014

Seandainya

Perkara keberanian, aku berharap seperti Vladimir Putin, presiden Rusia yang berani mengeluarkan kebijakan pelarangan beredarnya Dolar Amerika di negaranya. Aku berharap memperjuangkan nama baikmu seperti ia menjaga nama baik negaranya. Padahal ia tahu akan ada bencana besar di depan yang menanti dengan kebijakannya itu, tapi ia berani dengan tindakannya.

Seandainya aku adalah Vladimir Putin, mungkin aku sudah menyatakan apa yang ada di dalam dada tanpa menghiraukan ketakutan-ketakutan akan ditolak atau semacamnya. Tapi sayangnya, aku adalah Chairil Anwar yang mencintai Sri Ayati dengan berani sampai akhir hayatnya tanpa sedikitpun mengucapkan cinta karena tidak memiliki keberanian.

***
Andai saja pikiranku sependek pikiran Megawati Soekarno Putri yang dengan mudahnya menjual murah gas alam dalam kontrak LNG Tangguh ke China tanpa pikir panjang. Aku berharap memiliki pikiran "yang penting masalah selesai' tanpa berpikir apa-apa akibat ke depannya.

Seandainya aku adalah Megawati, mungkin hari ini aku sudah begitu lega karena sudah menyatakan kegelisahan dan mengabaikan reaksi-reaksi apa yang akan muncul ketika aku mengatakannya kepadamu. Yang penting semua sudah tersampaikan.

Sayangnya, aku hanyalah Susilo Bambang Yudhoyono yang pendiam dan sering kali mengeluarkan jawaban-jawaban normatif. Tapi kamu tidak akan pernah tau bagaimana rasanya jadi aku karena pergolakan hebat ada di dalam kepalaku. Yang kamu tahu, aku diam dan menonton. 

***
Andai saja aku adalah orang yang pertama kali menjajahmu seperti Neil Amstrong yang mendaratkan kakinya pertama kali ke bulan. Pastinya, aku adalah orang yang akan selalu kamu ingat selalu karena denganku hal-hal baru pertama kali kamu lakukan.

Seandainya aku adalah Neil Armstrong, mungkin hari ini kamu akan mengingatku setiap kali kamu mulai menulis. Sayangnya, aku adalah Dante Alighieri yang mencintai Beatrice sedari kecil yang kemudian melihat Beatrice menikah dengan cintanya. Dante yang tidak pernah mendapatkan apapun sampai usia menutup cintanya. Dante yang sajak-sajaknya mendunia tapi cintanya hanya bisa ia raih sedekap pelukannya. Mungkin aku adalah Dante, yang tidak bisa mendapatkanmu di kesempatan pertama atau selanjutnya.

***
Andai saja aku adalah Jokowi yang dapat berjanji dan dikendalikan. Aku akan berjanji untuk setia, mencintai, dan berusaha yang terbaik seperti janjinya pada Jakarta waktu itu.  Aku harap aku dapat dengan mudah blusukan ke hari-harimu. Aku akan memberikan harapan-harapan untuk meyakinkanmu demi sebuah kemenangan hati sebagaimana Jokowi melakukannya.

Seandainya saja aku memiliki kelebihan seperti Jokowi. Nyatanya, lidahku kelu tiap-tiap aku ingin bersumpah atas namamu. Takut-takut nantinya mengecewakan dan malah membuat hatimu sakit lalu menderita.

Sayangnya, aku adalah Summer di film 500 Days of Summer yang begitu percaya diri akan kehidupan mandiri dan tidak ingin berkomitmen apalagi mengumbar-ngumbar janji. Aku tidak bisa memberikan kabar untuk hari esok dan membuat kemungkinan-kemungkinan yang masih mungkin terjadi. Takut memiliki nama di atas hubungan karena takut akan pertanggungjawaban si lidah di hari nanti. Padahal nyatanya, aku begitu mengagungkan cinta dan begitu menginginkan pernikahan.

***
Andai saja aku secerdas Pidi Baiq yang menjawab hal-hal rumit menjadi begitu sederhana. Pastinya, aku akan memukaumu dengan kepiawaianku dan membuatmu tertarik kepadaku. Aku akan memberikan jawaban-jawaban terbaik yang tidak pernah terpikir olehmu dan setelahnya kau akan begitu kagum kepadaku.

Sayangnya, aku tidak pandai berfilsafat dan mencari cela. Mungkin aku adalah  Aan Mansyur yang tidak sebegitu menawan dan lebih memilih mengingat Kukila lewat kenangan-kenangan melalui sajak-sajak. Membingkai Kukila dalam senja dan sepi lalu menyendiri sampai hari ini dan masih belum tahu apa yang akan masa depan beri.

***
Andai sabarku seperti Fatimah yang menuliskan rindunya dalam doa-doa pengharapan kepada Illahi dan menjaganya tetap dalam imannya. Andai saja aku adalah Fatimah yang memiliki cinta yang suci, yang ia kunci rapat sendiri, dan hanya dikabarkan pada Sang Pemilik Hati. Andai saja aku Fatimah yang akhirnya memenangkan hati Ali. Sampai akhirnya, cinta menuntun cinta untuk dipertemukan atas nama cinta. 

Sayangnya, aku adalah aku yang tidak tau harus berbuat apa. Yang kadang aku sendiri tidak tahu harus memintamu atau yang terbaik menurutNya. Dengan lugunya aku memintamu untuk menjadi yang terbaik menurut pilihanNya. Dan sayangnya sampai saat ini aku hanya bisa menyayangimu, dan untuk saat ini, hanya itu yang bisa aku lakukan. 

***