January 1, 2016

Untuk Kamu yang Suka Mengajak Saya Minum Kopi

Aku pernah mendengar hujan
Di gunung, di laut, di tengah hutan, dan di keramaian
Kesemuanya memiliki satu persamaan tunggal: datang untuk menyisakan kenangan

Kepada senja sering kali aku gantungkan harapan-harapan itu
Menulisnya satu per satu dan menorehkannya dengan warna-warna baru
Aku tau Dia akan menangkapnya lalu meninabobokan diriku dengan caraNya yang haru

Aku pernah mendengar bahwa Tuhan memegang doa-doa makhluk seperti kita di kolong-kolong langit
Lalu kemudian menukarkannya dengan entah apa ke pangkuan kita
Ada yang disyukuri, ada yang dimaki, dan tidak sedikit yang diusahakan kembali

Pernah pula aku mendengar bahwa Tuhan tidak selalu memberi apa-apa yang tidak dilangitkan
Tanpa perlu memberi kompromi pada waktu
Terjadi. Lalu terjadilah.

Dan kemudian kamu hadir di tengah musim kemarau yang panas dan kering
Di saat kemacetan membuat gerah telingaku
Di saat hiruk-pikuk menelan pahit dahaga
Di saat aku kehabisan warna dan tidak menggantungkan apa-apa

Kamu tidak akan bertahan, pikirku

Dan beberapa kali kemudian aku sadar. Aku salah. 

Hey, mari membuat hujan saat senja dengan kopi!