March 12, 2014

Kamu dan Skripsi

Tulisan ini ditulis di tengah buntunya aku menulis. Iya, aku sedang menulis skripsi. Aku benci untuk bilang kalau aku benci mengerjakan skripsi. Mungkin karena punya perasaan itulah mengapa aku sulit mengetikkan kata-kata ke atas lembar kosong di hadapanku ini. Aku pembaca, bukan penulis. Untuk ke sekian kalinya aku meyakini bahwa kemampuanku menulis tidak sepandai ketika aku membaca. Memang ada pandai membaca? Hmm entahlah.

Di tengah-tengah kebencianku ini, aku teringat kamu. Dua hal dari jenis berbeda yang aku benci sekarang muncul bersamaan. Kamu dan skripsi.

Beberapa tahun lalu, kamu membuatkan aku secangkir coffemix panas dengan takaran yang pas tanpa diminta. Sore ini aku meminum Chocofloat kesukaanku dibuatkan oleh mba-mba McD. Kopi hari itu dan chocofloat hari ini manis, tapi entah mengapa minumanku kali ini terasa lebih hambar.

Aku sedang sendirian di sini, sayang. Berdua dengan skripsi yang mulai membuatku gila. Tidak seperti waktu itu, leluconmu yang membuatku gila. Hari itu di depan pos satpam sekolah sambil menunggu hujan berhenti, kamu menceritakan bagaimana kehilangan remot tv di rumahmu lebih membuat ibumu panik dibandingkan kamu yang tidak pulang seharian. Dengan ekspresi lucu dan jenaka, kamu berhasil mengocok perutku. Sementara hari ini aku menertawakan diriku sendiri karena melakukan sesuatu yang tidak aku suka dan terbelenggu karena tidak punya cara lain untuk menyudahinya.

Semua ketidakpentingan yang aku lakukan hari ini entah mengapa mengingatkanku akan banyak hal. Seperti misalnya hubungan kita. Dulu sepertinya mudah sekali menemuimu di tempat kamu biasa makan mi ayam dan kemudian bertukar cerita. Tapi tidak seperti hari ini. Hari ini sepertinya tercipta antara kita, jarak, dan hati yang semakin menjauh. Aku tidak tau mengapa, tapi beginilah yang aku rasakan. Tidak pernah memiliki nama. Dulu aku bilang nama tidaklah penting. Hari ini aku merasa menjadi orang asing karena tidak memiliki apa-apa selain kenangan.

Aku perempuan. Entah kenapa aku meng-iya-kan teori bahwa aku tidak suka ditanya. Datanglah saja dan buat aku tersenyum. Lalu bisikkan jika semua akan baik-baik saja. Seperti waktu itu.

Jadilah kamu yang utuh, menyenangkan, dan melengkapi. Seperti skripsi yang di ujungnya nanti akan membuatku senang dan melengkapi keutuhanku. 

Aku benci skripsi, tapi aku tidak terlalu membencimu. Ah, sudahlah.

2 comments:

Unknown said...

"Aku perempuan. Entah kenapa aku meng-iya-kan teori bahwa aku tidak suka ditanya. Datanglah saja dan buat aku tersenyum. Lalu bisikkan jika semua akan baik-baik saja. Seperti waktu itu." --> duh kata-kata ini minta di like deh. tapi karena disini gak ada like jadi gue mesti komen yang isinya nge-like (okedeh sip). lanjut mba irun. lanjut skripsi jgn lupa #eh ;p

chairnisa said...

my pleasure :))