Gue follow akun @infopendaki di Twitter. Akun tersebut
seringkali meretweet mention yang masuk dan menampilkan foto akun-akun yang
sedang ‘pamer’ di gunung. Gue sering banget bertanya-bertanya dalam hati, “itu
maksudnya apa sih fotonya dipajang-pajang di sosmed gitu? Disebar-sebar pula.
Pamer banget sih. Cih!”
Ya kurang lebih begitulah. Gue iri dan cemburu dan kangen
dan rindu dan mupeng dan ngiler dan ah, sudahlah. Mau naik gunung lagi pokoknya!
Padahal kalau dipikir-pikir lagi, apa sih enaknya naik
gunung? Bawaan berat, ribet pula mesti packing berkali-kali. Naik-turun gunung
dengan trek yang beda-beda ujiannya, kadang mudah, kadang sulit (emang ujian
hidup lu, brooo?). Belum lagi cuaca yang
gak bisa gitu diprediksi. Makan mesti masak sendiri, pipis susah, BAB ribet,
terus pas pulang jadi tambah buluk. Abis itu biasanya pegel gak jelas dan mesti
manggil tukang pijet. Halah.
Ya kalo dipikir-pikir emang banyakkan gak enaknya. Mending
di rumah nonton Shinchan abis itu lanjut FTV di SCTV sambil makan nasi goreng.
Tapi, gak tau kenapa gunung itu selalu bikin kangen. Pengen
terus balik lagi ke sana. Gue gak tau lebih suka yang mana. Proses naik
gunungnya kah, keindahan alamnya kah, teman seperjalanannya kah, atau
kebahagiaan di atas puncaknya. Yang gue tau gue suka di gunung dan selalu
pengen balik lagi.
Dan setiap kali ngeliat akun-akun itu mejeng di
@infopendaki, rasanya itu kaya mau minjem carrier terus langsung cabut.
Katanya, home is where the heart is. Dan sepertinya hati gue udah tercecer
dimana-mana, salah satunya di gunung. And I would like to say that I feel like
“I’m home” when I already there. It’s just like you found your bed after
getting traffic jam for couple hours or when you get your mother hugs after
crying. Menenangkan, membuat nyaman, dan ah, sudahlah. Tidak bisa diungkapkan
dengan kata-kata. Lebay? Hahaha. Bodo amat.
Kadang gue mikir, hobi gue ini kesenangan sesaat doang apa
gimana. Apa cuma karena gelora anak muda (tsah) atau pengen ikut-ikutan doang.
Apa entar keluarga kecil gue bakal suka juga. Apa entar suami gue itu juga suka
naik gunung, terus kita prewed sama bulan madunya ke gunung. Terus abis itu
ngajak anak camping di gunung. Terus buka camp di rumah sendiri. Terus, ah,
sudahlah.
Iya gue pernah, bahkan sering mikir kaya gitu. Gue pernah
malahan mikir kalo nanti seserahan gue itu alat-alat buat naik gunung. Lengkap
dari carrier sampe tenda. Nanti malem pertamanya bukan di atas kasur tapi buka
di tenda di kamar pengantin pake head lamp yang digantungin. Muahaha.
Sakit-sakit deh itu badan.
Oh, God. I can’t tell how much I love the mountain. The
universe and all of the things works. It’s perfectly beautiful and awesome. Let
me know something more beautiful in this world beside the beauty of the world
itself. It’s fuckin awesome. And mountain deserve it all. You wanna learn about
life? Get your carrier and get lost. You’ll find who you are. Because nature is
the best teacher I’ve ever had. And he will teach you anything and everything.
First of all, how to be a good human. Human with heart, feeling, morality, and
love. Oke gue mulai ngawur. Ceritanya lagi latihan nulis bahasa
inggris :))
Ya intinya gue iri sama kalian semua yang sedang memamerkan
foto-foto kalian bersama si ganteng dengan lekukan-lekukan seksinya. Apalagi
foto-foto pas yang ada awan atau kabut atau semburan dari kawahnya. Beuh.
Kalian sombong pokoknya.
Aku iri! Mau naik gunung juga!
No comments:
Post a Comment