Ini untuk kamu yang menemani saya berpeluh main
bebek-bebekkan di danau waktu itu. Mmm … foto kita berdua di bebek kuning itu masih saya simpan
lho. Oh iya, kata teman saya, kamu mirip Afghan. Dia pengen banget ketemu kamu,
ketemu kita.
Mungkin terdengar gila
Tapi nyatanya saya masih berharap pada kemungkinan
Iya, (sepertinya) saya masih suka kamu
Lucu ya?
Saya lupa apa teorinya. Pokoknya, saat melihat foto
kamu muncul di chat box facebook saya, ingatan
saya memunculkan satu gelembung memori yang pecah. Kenanganpun lalu tumpah ruah
menghampar dilembaran yang sudah saya usahakan untuk saya tutup. Sepertinya saya masih menyayangimu. Sayang? Hmm sepertinya tidak juga.
Pertemuan satu hari. Main bebek-bebekan berdua.
Hujan-hujanan bareng. Berbagi kerak telor. Berkeliling di Pondok Indah Mall. Dan
kamu mulai menatap saya dalam. Lewat kacamata, lewat kaca spion mobil, lalu
masuk dalam kaca hati saya. Ah, matamu itu. Demi Tuhan, saya menyerah. Entah
kamu sadar atau tidak, pipi saya mulai memerah dan saya hanya bisa menunduk.
Baiklah, saya jujur. Saya suka kamu hari itu juga.
Dan berlanjut pada pertemuan kita selanjutnya di chat box facebook. Maaf saya
tidak bisa menjalin hubungan pertemanan yang profesional dengan kamu, saya
menaruh hati dalam setiap percakapan kita. Lalu diikuti harapan yang kian
membumbung tinggi setiap harinya.
Dan pada akhirnya aksi sok jual mahal yang saya
gencarkan dan terputusnya koneksi modem saya berminggu-minggu berujung pada
perpisahan kita. Belakangan saya tau, kamu terlibat cinta lokasi dengan teman
satu kepanitian waktu kamu ada acara di luar kota. Lalu kamu mengikatkan hati
padanya dan menjalin cinta. Sumpah, saya menyesal. Mengutuki diri yang
gaya-gayaan sok jual mahal. Mengutuki kekeringan di dompet yang dengan paksa
memutuskan koneksi modem saya. Arghhh. Saya cuma bisa teriak waktu itu. Dalam
hati tentunya.
Kamu tau? Kekurangtidaksukaanmu pada perempuan
tomboy saat itu berhasil mengubah mindset
yang saya anut selama bertahun-tahun. Iya, saya mulai membenahi diri. Dengan kamu, saya tau siapa saya. Dengan
kamu, saya tau bagaimana mendekati Tuhan dengan cara yang indah dan saya mulai
banyak meminta kamu dalam doa, mungkin Dia jadi cemburu. Dengan kamu, saya
tidak pernah ragu bercerita atau takut tidak didengarkan. Dengan kamu, saya jadi
paham betul arti memberi respon walau cuma dengan satu kata. Dengan kamu, saya
melunturkan idealisme bodoh saya untuk tidak menggunakan emoticon dalam setiap
percakapan, hahaha. Dan dengan kamu,
satu baris percakapan sederhana menjadi
satu simpul senyuman luar biasa penuh kebahagiaan.
Pertemuan satu hari. Main bebek-bebekan berdua.
Hujan-hujanan bareng. Berbagi kerak telor. Berkeliling di Pondok Indah Mall. Lalu
kamu mulai menatap saya dalam. Lewat kacamata, lewat kaca spion mobil, lalu
masuk dalam kaca hati saya. Ah, matamu itu. Demi Tuhan, saya menyerah. Entah
kamu sadar atau tidak, pipi saya mulai memerah dan saya hanya bisa menunduk.
Hal lucunya adalah, itu terjadi dua tahun empat
bulan dan dua puluh tiga hari yang lalu.
Dan setelah semua ketidakmungkinan yang ada, saya
masih berharap pada kemungkinan yang mungkin akan terjadi. Iya sayang, saya
masih menunggu kamu tanpa alasan ataupun permintaan. Saya masih suka berkhayal
kamu putus sama pacar kamu, lalu kita mulai chatting
lagi di facebook. Hahaha
Saya tidak tahu harus menamakan ini apa. Saya tidak
tau. Sungguh. Bisakah saya menyebutnya cinta?
Entahlah. Agak berlebihan sepertinya kalau dinamakan cinta. Oh iya, sebenarnya ada laki-laki lain yang sedang
mengisi hati saya. Kamu tidak perlu merasa geer berlebihan seperti itu. Saya
bukan perempuan putus asa yang stuck
di chat box facebook kamu. Tapi yaa
beginilah perasaan yang saya tulis malam ini saat melihat kamu di chat box facebook saya.
Cause if one day you wake up and find that youre
missing me, and you heart still to wonder where on this earth I could be.
Thinking maybe you’ll come back here to the place that we meet, and you see me
waiting for you on the corner of the street. I’m not moving.
I’m The (Wo)Man Who Can’t Be Moved.
Ctrl + A + Delete
No comments:
Post a Comment